Sabtu, 28 Mei 2011

KBRI Den Haag: Hubungan Indonesia-Belanda Semakin Menguat

RMOL.Meski Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menunda kunjungan kenegaraannya ke Belanda awal Oktober yang lalu, pondasi hubungan Indonesia dan Belanda tetap kuat.
Penilaian itu disampaikan Wakil Kepala Perwakilan RI di Den Haag, Umar Hadi, pada acara promosi Indonesia dan sekaligus penggalangan dana bagi korban bencana alam di Mentawai dan Merapi yang diselenggarakan di Universitas Leiden belum lama ini.
Menurut penilaian KBRI Den Haag, secara umum, hubungan kerjasama Indonesia-Belanda dalam beberapa tahun terakhir ini semakin menguat, baik dalam konteks kunjungan antarpejabat tinggi, maupun kerjasama konkret seperti investasi, kerjasama pembangunan dan berbagai kerjasama teknis lainnya.
Prospek kerjasama ekonomi, khususnya investasi Indonesia-Belanda cukup baik. Belanda memberikan bantuan skema pembiayaan untuk mendorong kerjasama investasi perusahaan Belanda dengan Indonesia di bawah payung cooperation with emerging market.
Selain itu Belanda juga memberikan bantuan pembiayaan untuk mendorong kerjasama antara lembaga pendidikan dan pelatihan Belanda-Indonesia dan bantuan pembiayaan untuk pembangunan proyek-proyek infrakstruktur di Indonesia berupa ORIO yang diluncurkan pada tanggal 12 Maret 2009 oleh Bert Koenders (yang ketika itu sebagai Menteri Kerjasama Pembangunan Belanda) dan didampingi oleh Frank Heemskerk (ketika itu-Menteri Perdagangan Luar Negeri Belanda).
ORIO (Ontwikkelingsrelevante Infrastructuurontwikkeling) merupakan suatu fasilitas bantuan pembangunan berupa grant dari Pemerintah Belanda untuk pembangunan infrakstruktur.

Sebagai akibat pemotongan APBN Belanda 2010 akibat krisis ekonomi, kerjasama pembangunan Indonesia-Belanda diperkirakan akan turun namun menguat di sektor-sektor komersial, seperti perdagangan dan investasi sejalan dengan posisi Indonesia yang mulai dipandang sebagai middle income countries. Belanda memangkas anggaran kerjasama pembangunan Belanda untuk Indonesia sebesar 25%.
Dalam kerjasama perdagangan, Belanda dapat dimanfaatkan sebagai pintu gerbang pemasaran produk komoditi Indonesia ke Eropa dan sebaliknya diharapkan Belanda dapat menjadikan Indonesia pintu gerbang bagi pemasaran produknya ke Asia. Volume Perdagangan Indonesia-Belanda bernilai kurang lebih US$ 3,5 miliar.
Investasi

Berdasarkan data-data yang dihimpun KBRI Den Haag, nilai investasi Belanda di Indonesia untuk periode 1 Januari 1990 s/d 31 Oktober 2009 mencapai 5,1 miliar Dolar AS, yang mencakup 334 proyek. Posisi tersebut menempatkan Belanda pada urutan ke-8 realisasi investasi PMA di Indonesia.

Untuk periode 2006 sampai dengan Februari 2009, investasi Belanda ke Indonesia mencapai USD 440 juta dan penyerapan tenaga kerja sebanyak 11.331 orang.
Sektor-sektor investasi Belanda antara lain meliputi transportasi, penyimpanan, komunikasi, kimia dan industri farmasi, makanan, perdagangan, industri baja, mesian dan elektronik. Investasi tersebut antara lain berlokasi di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Timur dan Banten.

Dalam upaya peningkatan investasi Belanda ke Kawasan Indonesia Timur Perusahaan Air Minum Belanda Waterleidingmaatschapij Drenthe aktif melakukan usaha dan investasi di bidang pengelolaan air bersih dan sanitasi bekerjasama dengan Pemda dan PDAM di berbagai daerah seperti Papua (Sorong, Kabupaten Biak Numfor, Kabupaten Merauke, Kbupaten Jayawijaya), Sulawesi Utara (Manado, Tomohon, Minahasa Induk, Minahasa Selatan), di Ambon dan Kalimantan Timur.
Kerjasama pembangunan
Saat ini program bantuan pembangunan ekonomi Belanda lebih diarahkan pada dukungan pelaksanaan Millenium Development Goals (MDGs). Dalam hal ini, Belanda berkeinginan untuk memberikan bantuan perdagangan, subsidi, hutang, pengembangan lingkungan yang berkelanjutan dan penyediaan obat-obatan yang terjangkau bagi semua masyarakat.
Belanda mengalokasikan 0,8% Gross Domestic Product-nya untuk kerjasama pembangunan (Official Development Assistance), untuk tahun 2007, jumlah alokasi kerjasama pembangunan mencapai EUR 4,646 miliar. Kebijakan ODA dalam konteks MDGs, difokuskan pada sektor-sektor antara lain lingkungan yang bekelanjutan, pembebasan hutang, air dan sanitasi, capacity building di bidang perdagangan da pendidikan. Dalam implementasi dana kerjasama pembangunan, selain menyalurkannya melalui organisasi-organisasi multilateral, pemerintah Belanda menyalurkan secara bilateral.
Belanda menetapkan 36 negara sebagai prioritas dalam kebijakan kerjasama pembangunan dimana Indonesia merupakan salah satu dari daftar prioritas tersebut. Sektor-sektor utama kerjasama pembangunan Indonesia-Belanda antara laincapacity building, penyediaan air bersih dan sanitasi, pelestarian lahan Gambut, pendidikan, dan good governance. [zul]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar